facing side is my favorite position when photographed

Minggu, 30 Januari 2011

Pengaruh Luar Terhadap Sastra Indonesia yang Terbaru
Oleh Anas Prambudi Trisno Wardoyo

Sitor Situmorang melihat permasalahan pengaruh ‘luar’ masih belum cukup matang untuk dibahas karena menurutnya kata ‘luar’ itu tidak jelas maksud pembahasannya. ‘Luar’ bisa diartikan di luar Indonesia seperti Melayu, Cina, Jepang, Portugis, dsb. Luar juga bisa diartikan Eropa, Amerika, Rusia, dsb.  Sastra Indonesia ‘terbaru’ yang dimaksud juga tidak jelas ditujukan pada masa apa. Sitor Situmorang membatasi permasalahan ini dalam beberapa subbahasan:

I.                   Pembahasan secara umum mengenai sastra Indonesia terbaru
Menurut Sitor Situmorang pengaruh luar bagi kesusastraan Indonesia terbaru dimulai pada angkatan Pujangga Baru. Pengaruhnya meliputi semua bentuk karya sastra, seperti bentuk roman, novel, cerita pendek, esai, dan sandiwara. Pada masa itu, para sastrawan dipengaruhi oleh bentuk sastra Eropa terutama dalam wujud puisi.
Soneta adalah salah satu contoh bentuk sastra Eropa yang dibuat para sastrawan Indonesia pada masa itu. Hampir semua sastrawan membuat soneta sehingga pada masa itu puisi soneta menjadi karya sastra yang wajib dibuat. Bentuk puisi dengan pakem sastra lama—terdiri dari empat bait dengan susunan kalimat yang teratur serta tema yang realis—juga mulai ditinggalkan. Bentuk puisinya sudah mulai bereksperimen dengan keluar dari pakem. Salah seorang sastrawan yang disebut oleh Sitor Situmorang membuat eksperimen yang radikal dalam puisi-puisinya adalah Chairil Anwar .

II.                Pengaruh antarbangsa dalam pembentukan sastra di Indonesia
Sitor Situmorang berpendapat bahwa kebudayaan suatu bangsa saling mempengaruhi. Hal itu juga berdampak bagi sastra di tiap bangsa sehingga tiap karya sastra suatu bangsa tidak akan bercorak sama seperti aslinya. Sitor Situmorang menyebut  “ke-barat-baratan” kepada sastra yang sudah mendapat pengaruh asing. Menurutnya, “ke-barat-baratan” mengandung semacam prasangka dan kecurigaan bahkan penolakan. Akan tetapi, secara sadar atau tidak sadar “estetika dan etika” “ke-barat-baratan” itu dipergunakan dalam sastra Indonesia terbaru. Walaupun begitu, Sitor Situmorang melihat itu sebagai “penghargaan” yang melingkupi kritik dan cipta seni.

III.             Pengaruh luar dibatasi pada pengertian pengaruh Eropa
Sitor Situmorang membatasi “pengaruh luar” pada pengertian “pengaruh Eropa”. Pembatasan pengertian ini dimaksudkan agar sepanjang kita mengenal kebudayaan dan sastra bangsa lain diluar lingkungan Eropa, maka pandangan kita melalui saringan estetika dan etika Eropa. Sastra terbaru diluar Eropa berada dalam situasi sama terhadap estetika dan etika Eropa (dalam usaha membebaskan diri).

IV.             Tokoh-tokoh yang bercorak ‘luar’ dalam setiap karya sastranya
Pada subbahasan ini, Sitor Situmorang mengkaji pengaruh “luar” dari tokoh-tokoh sastra yang membuat puisi modern yaitu Chairil Anwar. Chairil Anwar berkiblat pada dua penyair Eropa yaitu Marsman dan Slauerhoff. Secara kebetulan, Chairil Anwar berjumpa dengan Marsman dan Slauerhoff. Hal itu berdampak bagi Chairil Anwar dalam kerangka berpikir tiap karya sastra yang ia buat.

V.                Kaitan antara perbedaan zaman dengan penghargaan terhadap karya-karya sastra
Puisi ada di segala zaman. Penyair ada di segala zaman. Akan tetapi, sifat penghargaan dan penilaian kita kepadanya terikat pada zaman itu. Begitulah pendapat Sitor Situmorang melihat perbedaan zaman dan hasil karya sastra yang berbeda di tiap zaman. Dalam hal ini bukan hanya berlaku pada puisi saja, tetapi juga berlaku pada prosa, sandiwara, dan cabang seni lainnya.
Sitor Situmorang menganalisis mythe seorang manusia, individu yang menarik etika dan merasakan solidaritasnya dalam penyendiriannya. Sitor melihat Chairil Anwar, Marsman, dan Slauerhoff sebagai subjek dengan segala -isme keseniannya. Ditinjau dari cara demikian maka puisi Chairil Anwar dan puisi sesudahnya di Indonesia sangat mendalam. Sitor Situmorang menyebut hal ini sebagai “sastra mythe individu”.

VI.             Arti sastra zaman sekarang bagi para pembaca dan pembuat
Dalam puisi, penentuan ukuran kesukaan pembaca adalah dari hasil bacaannya, artinya pengalamannya sendiri yang diberi bentuk oleh apa yang dibacanya sebelumnya. Sitor Situmorang berasumsi bahwa puisi Indonesia terbaru berada dalam suatu alam puisi yang belum matang menghadapi sajak-sajaknya sendiri. Penjelasannya sebagai berikut: Idiom puisi suatu zaman ada hubungannya dengan puisi sebelumnya—termasuk dalam puisi baru yang terbesar idiomnya—walaupun tidak perlu dari lingkungan satu bahasa.
Di Indonesia Amir Hamzah ada hubungannya dengan idiom puisi Melayu. Chairil Anwar dengan puisi Marsman dan Slauerhoff. Sitor Situmorang pun dengan tegas mengatakan bahwa jika ada puisi yang lahir belum berselang sepuluh tahun sesudah munculnya Chairil Anwar, ia tidak boleh mengaku ada hubungan dengannya. Hal itu karena Chairil adalah sastrawan yang dikondisikan sebagai seorang penyair.
Sitor Situmorang menjelaskan bahwa sajak-sajak tahun 1954 memperlihatkan pemakaian bahasa dan idiom menurut cara kaum Simbolis dan kaum Surrealis Eropa. Akan tetapi sajak-sajak itu tidak memperlihatkan aesthetisme—kegemasan dan kemutlakan pencarian keagamaan, ketegangan psikologis dan penjelasan soal-soal sosial—dalam arti aslinya seperti yang menjadi jiwa puisi kaum simbolis. Sajak-sajak Indonesia banyak yang bertema sentimentil seperti perpisahan yang belum direlakan dan lain-lain.
Sitor Situmorang membandingkan puisi Indonesia dengan puisi Eropa. Puisi Eropa mempunyai tema dan bentuk yang lebih banyak ketimbang puisi Indonesia. Akan tetapi, apapun tema puisi Indonesia nantinya, bentuk dan sifatnya selalu memperlihatkan pengaruhnya. Pengaruh ini menentukan penghargaan terhadap sastra yaitu cipta seni.

VII.          Kesimpulan
Pengaruh Eropa yang sangat besar terhadap sastra Indonesia dimulai pada zaman Pujangga Baru, walaupun di zaman itu pengaruhnya hanya berupa cara dan ideologi. Akibat dari pengaruh tersebut muncul bentuk novel, roman, cerita pendek, sandiwara, film dan semua yang bersifat sastra. Sebenarnya, keinginan untuk membuka diri pada pengaruh-pengaruh luar dalam hal sastra melalui terjemahan ataupun dengan membaca sendiri masih sangat terbatas. Kendala-kendalanya mungkin karena penerjemahan yang dilakukan tidak secara berencana serta penguasaan bahasa yang kurang. Pengaruh yang diambil juga tidak melalui penyesuaian dengan keadaan sosial budaya Indonesia, sehingga karya-karya yang dihasilkan jauh dari latar jiwa dan latar ke-Indonesiaan.

1 komentar:

  1. The 888 Casino Online Bonus Code - Jtm Hub
    The 888 Casino Online Bonus Code 광양 출장안마 - Click here 서산 출장안마 for the newest bonus code. of 원주 출장샵 these offers, 포천 출장안마 which means they 대전광역 출장마사지 can redeem the 888Casino casino bonus code

    BalasHapus